Profil Desa Baseh
Ketahui informasi secara rinci Desa Baseh mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Baseh, Kedungbanteng, Banyumas, sebuah desa wisata yang dijuluki "surga air terjun". Temukan pesona Curug Pengantin, potensi cengkeh dan kapulaga, serta kisah sukses komunitas dalam mengelola kekayaan alamnya yang melimpah.
-
Destinasi Utama Wisata Air Terjun
Desa Baseh merupakan rumah bagi Curug Pengantin yang ikonik dan beberapa air terjun lainnya, menjadikannya salah satu desa wisata berbasis alam andalan di Kabupaten Banyumas.
-
Identitas yang Lahir dari Air
Nama "Baseh" (dialek Banyumasan untuk "basah") mencerminkan kondisi geografisnya yang kaya akan sumber mata air, sungai, dan air terjun, yang menjadi sumber kehidupan dan daya tarik utama.
-
Pengelolaan Wisata Berbasis Komunitas
Keberhasilan pengembangan Curug Pengantin dimotori oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tirta Lestari, sebuah contoh nyata bagaimana inisiatif lokal dapat mengangkat potensi desa menjadi sumber kesejahteraan.

Di lereng Gunung Slamet yang subur, tersembunyi sebuah desa yang namanya merepresentasikan esensi alamnya: Desa Baseh. Dalam dialek Banyumasan, "baseh" berarti "basah", sebuah nama yang sangat tepat untuk menggambarkan wilayah yang dianugerahi puluhan sumber mata air, dialiri sungai-sungai jernih dan dihiasi oleh air terjun-air terjun menawan. Kini, Desa Baseh telah bertransformasi menjadi salah satu desa wisata andalan di Kabupaten Banyumas, dengan Curug Pengantin sebagai primadonanya, membuktikan bahwa anugerah alam yang dijaga dapat menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan.
Geografi dan Demografi
Terletak di bagian utara Kecamatan Kedungbanteng, Desa Baseh memiliki kontur wilayah perbukitan yang bergelombang dan hijau. Posisi geografisnya yang berada di dataran tinggi membuatnya kaya akan sumber daya air yang melimpah sepanjang tahun. Desa ini secara administratif menggunakan kode pos 53152 dengan Kode Wilayah Kemendagri 33.02.23.2013.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, Desa Baseh memiliki luas wilayah 3,22 km². Pada tahun 2017, desa ini dihuni oleh 4.191 jiwa, yang menghasilkan tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.302 jiwa/km². Komunitas ini hidup berdampingan dengan alam, memanfaatkan lahan yang subur untuk pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi aset utama mereka. Pemandangan desa merupakan mozaik indah dari persawahan terasering, kebun rempah, dan hutan-hutan kecil yang menjadi hulu bagi sungai-sungai di bawahnya.
Sejarah yang Mengalir dari Kekayaan Alam
Asal-usul nama Desa Baseh tidak terlepas dari kondisi alamnya yang istimewa. Jauh sebelum dikenal sebagai destinasi wisata, para leluhur telah mengidentifikasi wilayah ini sebagai kawasan yang "selalu basah". Hal ini disebabkan oleh banyaknya sumber mata air yang muncul di berbagai titik, mengalir menjadi sungai-sungai kecil yang membelah desa.
Karena tanahnya yang tidak pernah kering dan selalu dialiri air, masyarakat secara alamiah menamainya "Baseh". Nama ini bukanlah sekadar label, melainkan sebuah pengakuan atas karunia alam yang paling fundamental bagi kehidupan mereka. Air tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga menjadi kunci kesuburan lahan pertanian yang menjadi sandaran hidup selama berabad-abad. Sejarah penamaan ini menjadi bukti betapa eratnya hubungan antara masyarakat Baseh dengan lingkungan air yang mengelilingi mereka.
Pesona Surga Air Terjun: Magnet Curug Pengantin
Daya tarik utama yang mengangkat nama Desa Baseh ke panggung pariwisata Banyumas adalah keberadaan air terjun atau curug. Desa ini bahkan layak mendapat julukan sebagai "desa seribu curug" karena banyaknya titik air terjun, meskipun yang paling terkenal dan telah dikelola secara profesional adalah Curug Pengantin.
Curug Pengantin menawarkan pemandangan yang unik dan romantis. Nama "pengantin" disematkan karena air terjun ini memiliki dua aliran air yang jatuh berdampingan dari tebing setinggi kurang lebih 50 meter, merepresentasikan sepasang pengantin pria dan wanita. Di bawahnya, aliran air membentuk kolam alami yang jernih dan menyegarkan, mengundang siapa pun untuk merasakan kesejukan air pegunungan.
Keberhasilan Curug Pengantin tidak terjadi begitu saja. Di balik pesonanya, ada kerja keras dan visi dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tirta Lestari. Kelompok yang terdiri dari para pemuda dan warga desa ini secara swadaya membangun berbagai fasilitas pendukung, seperti area parkir, toilet, mushala, gazebo (saung), dan warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman. Berkat pengelolaan yang baik, Curug Pengantin kini menjadi destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun dari luar daerah yang mencari keindahan dan ketenangan alam. Selain Curug Pengantin, di desa ini juga terdapat potensi air terjun lain seperti Curug Bening dan Curug Lawang yang menunggu untuk dikembangkan lebih lanjut.
Potensi Ekonomi Berbasis Alam
Perekonomian Desa Baseh tidak hanya bertumpu pada sektor pariwisata. Jauh sebelum Curug Pengantin populer, masyarakat telah hidup dari hasil bumi yang subur. Sektor pertanian masih menjadi fondasi ekonomi yang kuat bagi desa ini. Lahan-lahan persawahan yang mendapat irigasi melimpah dari aliran sungai menghasilkan padi berkualitas.
Selain padi, Desa Baseh juga dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan bernilai tinggi. Perbukitannya yang sejuk sangat cocok untuk budidaya cengkeh (clove) dan kapulaga (cardamom). Saat musim panen tiba, aroma wangi dari kedua rempah ini akan menyebar, menandakan adanya sumber pendapatan penting bagi para petani.
Sinergi antara pariwisata dan pertanian pun mulai terjalin. Hasil-hasil pertanian lokal diolah oleh UMKM menjadi makanan ringan atau minuman yang dijual kepada para wisatawan di area Curug Pengantin. Sinergi ini menciptakan siklus ekonomi yang sehat, di mana keuntungan dari pariwisata dapat dirasakan secara lebih merata oleh masyarakat luas.
Pemerintahan dan Pengembangan Desa Wisata
Pemerintah Desa Baseh, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Priyanto, memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan desa wisata. Pemerintah desa berperan sebagai fasilitator dan regulator, memastikan bahwa pengembangan pariwisata berjalan selaras dengan upaya pelestarian lingkungan dan tidak menggerus nilai-nilai sosial masyarakat.
Kolaborasi antara pemerintah desa dan Pokdarwis Tirta Lestari menjadi kunci utama kesuksesan. Pemerintah membantu dalam hal legalitas, perizinan, dan pengajuan bantuan infrastruktur ke tingkat kabupaten, sementara Pokdarwis fokus pada operasional harian, inovasi, dan promosi destinasi wisata.
Model pengembangan pariwisata berbasis komunitas ini menjadi contoh sukses di Banyumas. Ini membuktikan bahwa ketika masyarakat diberi kepercayaan dan kesempatan, mereka mampu mengelola potensi desanya sendiri secara mandiri dan berkelanjutan, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan pendapatan asli desa (PADes) secara signifikan.